Beranda | Artikel
Orang Arab Tidak Mesti dari Keturunan Arab
Rabu, 13 Juni 2012

Mereka bilang, “Kasihan orang yang tidak mengenal bahasa Inggris. Ia akan kesulitan dalam memahami perkataan manusia“.

Aku katakan, “Kasihan orang yang tidak mengenal bahasa Arab. Ia akan kesulitan dalam memahami perkataan Rabb-nya manusia“.

Suatu yang menakjubkan kami ketika menghadiri Dauroh para ulama di kota Riyadh kemarin sore. Dauroh tersebut diisi oleh seorang ulama yang tidak ada yang sangka kalau dia adalah ulama besar. Terlihat dari kejauhan begitu imut-imut, masih terlihat seperti orang yang berusia 30-an. Namun ketika mulai kajian, masya Allah, luar biasa ilmu yang dibahas. Bahasannya begitu bagus ketika menguraikan penjelasan Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di dalam kitab Manhjaus Salikin.

Nama beliau adalah Syaikh Dr. ‘Abdus Salam bin Muhammad Asy Syuwai’ir. Beliau adalah lulusan doktoral terbaik dari Ma’had Al ‘Ali lil Qodho’ (sekolah tinggi untuk para hakim) yang merupakan cabang Jami’atul Imam Muhammad bin Su’ud. Beliau adalah Ustadz (gelar pendidikan, yang dimaksud adalah professor) di Ma’had Al ‘Aali lilqodho’. Beliau adalah di antara murid Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah. Beliau adalah ulama yang fakih dan tidak diragukan lagi kecerdasan beliau dalam ilmu, terlihat begitu tawadhu’. Kalau seseorang melihatnya, maka ia akan menyangka bahwa Syaikh masih berusia kisaran 30 tahunan. Begitu pula yang kami sangka.

Di suatu waktu beliau pernah berhenti dan duduk selama setengah jam lebih untuk meladenin para thulab (pelajar) yang ingin bertanya persoalan agama kepada beliau. (Lihat biografi beliau di sini: http://www.ahlalhdeeth.com/vb/showthread.php?t=252029)

Ketika membahas syarat nikah saat mengulas persyaratan sekufu, Syaikh memberikan sedikit penjelasan menarik.

Syaikh As Sa’di dalam Manhajus Salikin berkata, “Tidak boleh wali perempuan menikahkan seorang wanita dengan orang yang tidak sekufu dengannya. Tidak boleh seorang wanita yang baik-baik dinikahkan dengan laki-laki yang suka maksiat. Orang Arab satu dan lainnya adalah sekufu.”

Lalu Syaikh ‘Abdus Salam Asy Syuwai’ir menjelaskan apa yang dimaksud orang Arab di sini. Dari kesimpulan pendapat Ibnu Taimiyah, disebut orang Arab bukanlah dilihat dari nasabnya karena ia keturunan Arab. Namun yang disebut orang Arab jika ia memiliki dua kriteria:

1. Ia bisa berbicara dengan bahasa Arab (orang Arab secara lisan)

2. Akhlak, pakaian dan tabi’atnya pun mengikuti orang Arab.

Artinya di sini, kita pun bisa jadi mulia karena menguasai bahasa Arab. Menjadi orang Arab tidak mesti dari keturunan Arab. Jika akhlak dan tabi’at kita baik, kita pun bisa disebut demikian. Coba kita saksikan banyak ulama dari luar Arab yang disangka orang Arab karena ia memiliki tulisan-tulisan dan karya dalam bahasa Arab dan bisa bercakap-cakap pula dengan bahasa Arab. Salah satu akhlak bagus orang Arab yang kami temui adalah sering menasehati orang lain dengan cara yang santun, berpenampilan selalu rapi dan pakaian bersih (apalagi yang mereka suka kenakan adalah pakaian putih-putih sebagaimana yang Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- sukai), badan dan pakain mereka pun selalu harum dengan minyak wangi. Inilah akhlak dan penampilan yang patut kita ikuti.

Sedikit faedah di pagi hari ini yang bisa kami torehkan untuk pembaca.

Semoga Allah senantiasa mengkaruniakan kita ilmu dan akhlak yang mulia.

 

Faedah dari Dauroh Shoifiyah di Masjid (Jaami’) Ar Roojihi, Riyadh, KSA, 23 Rajab 1433 H bersama Syaikh ‘Abdus Salam Asy Syuwai’ir –hafizhohullah- membahas kitab Manhajus Salikin karya Syaikh As Sa’di.

 

@ Ummul Hamam, Riyadh, KSA, 24 Rajab 1433 H

www.rumaysho.com


Artikel asli: https://rumaysho.com/2510-orang-arab-tidak-mesti-dari-keturunan-arab.html